Jumat, 15 April 2011

KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN


BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang.
Manajemen merupakan proses pelaksanaan kegiatan organisasi melalui upaya orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Dalam keperawatan, manajemen berhubungan dengan perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengaturan staf (staffing), kepemimpinan (leading), dan pengendalian (controlling) aktivitas-aktivitas upaya keperawatan atau devisi departemen keperawatan dan dari sub unit departemen. Sedangkan manajemen keperawatan dapat diartikan sebagai pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman, kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Komunikasi adalah keterampilan yang sangat penting dalam kepemimpinan dan manajemen keperawatan.  Malah sebenarnya, mungkin komunikasi merupakan konsep yang paling penting dalam hidup. Komunikasi terjadi dalam setiap tahap proses manajemen, semua dilakukan oleh pimpinan perawatan akan melibatkan komunikasi baik dengan bawahan, atasan, maupun dengan rekan yang sejajar posisinya.
Kepler (1980) menyatakan bahwa komunikasi adalah kemampuan yang paling penting dikuasai oleh seorang pemimpin.

B.   Rumusan Masalah.
1.    Apa definisi komunikasi dalam manajemen keperawatan?
2.    Bagaimana tahapan proses komunikasi?
3.    Mengapa komunikasi dikatakan sebagai persepsi dan informasi?
4.    Apa tujuan dari komunikasi?
5.    Apa jenis-jenis  dan model komunikasi?
6.    Bagaimana seorang pemimpin berkomunikasi?
7.    Apa kegiatan perawat yang memerlukan komunikasi?
8.    Apa yang dimaksud dengan Teori Analisa Transaksaksional (Analisa Struktural)?
9.    Apa Hubungan Posisi hidup dengan analisa structural?
10. Bagaimana cara penerapan manajemen bagi analisa transaksional?



















BAB II
PEMBAHASAN
A.   DEFINISI
Komunikasi merupakan unsur yang penting dalam aktivitas manajer keperawatan dan sebagai bagian yang selalu ada di dalam proses manajemen Keperawatan.
Komunikasi adalah suatu pertukaran pikiran, perasaan, dan pendapat dan memberikan nasihat dimana terjadi antara dua orang atau lebih bekerja bersama.
Komunikasi juga dapat diartikan suatu seni untuk menyusun dan menyampaikan suatu pesan dengan cara yang gampang sehingga orang lain dapat mengerti dan menerima.
Davis (1981) mendefinisikan komunikasi sebagai “pemindahan informasi dan pengertian dari satu orang ke orang lain” (hal:399)
Komunikasi adalah proses timbal balik (resiprokal) pertukaran sinyal untuk memberi informasi, membujuk atau memberi perintah, berdasarkan makna yang sama dan dikondisikan oleh konteks hubungan para para komunikator dan konteks sosialnya”. (Cutlip, 2007:225),(Ahmad Elqorni, Komunikasi dan Opini Public, 23-12-2009)
Oleh karena itu, komunikasi selalu melibatkan seorang pengirim dan seorang penerima. Meskipun Gilbran (1951) mengatakan bahwa seseorang dapat berbicara paling sedikit dua individu dan dua peran yaitu pengirim dan penerima. Davis (1981) secara tepat mengatakan bahwa menejer yang mengirim berita secara tertulis kepada bawahannya, baru dapat dikatakan sudah berkomunikasi jika bawahannya menerima, membaca dan mengerti pesan yang dikirim.



B.   TAHAPAN PROSES KOMUNIKASI
Ø  Proses komunikasi melibatkan lima tahap dasar  yang tergambar menurut (Berlo, 1960; Chartier, 1981; Davis, 1981; Hein, 1980; Hewitt, 1981; Johnson, 1981; Long, Prophit, 1981; Miller, 1966; Pluckham, 1978)
Pengirim pesan


Pembentukan ide
Alasan untuk berkomunikasi
Pengertian Ide-ide
Encoding/menerjemahkan
(Proses perubahan ide menjadi kata-kata atau simbol-simbol)
 
Bertindak sebagai respons terhadap pesan –umpan balik ke pengirim
Penerima Pesan
Jembatan
Pesan di kirim menggunakan saluran verbal
dan atau non verbal
Decoding/menerjemahkan
(Proses perubahan kata/symbol menjadi ide)
                       












Ø  Tahapan proses Komunikasi Kelompok
(Stephen Robbins, Perilaku Organisasi, hal. 6 – 7)
1. Sumber Komunikasi
Langkah-langkah antara satu sumber dan penerima yang menghasilkan pentransferan dan pemahaman makna.
2. Pengkodean (encoding)
Mengubah satu pesan komunikasi menjadi bentuk simbolik. Empat kondisi yang mempengaruhi pesan terkode, yaitu keterampilan, sikap, pengetahuan, dan system social budaya.
3. Pesan (Apa yang dikomunikasikan)
Dipengaruhi oleh kode/kelompok symbol yang kita gunakan untuk mentransfer makna, isi dari pesan itu sendiri dan keputusan yang kita ambil dalam memilih dan menata baik kode maupun isi.
4. Saluran (channel)
Medium lewat mana suatu pesan komunikasi berjalan. Medium dipilih oleh sumber, yang harus menentukan saluran mana yang formal dan informal.
5. Pendekodean
Penerjemah ulang pesan komunikasi seorang pengirim. Penerima merupakan sasaran arah pesan itu tapi sebelum pesan dapat di terima, symbol-simbol harus di terjemahkan kedalam suatu ragam yang dapat dipahami oleh si penerima.
6. Penerima
7. Umpan Balik
Tautan akhir dalam proses komunikasi, mengembalikan pesan kedalam system guna memeriksa kesalah pahaman, umpan balik merupakan suatu penentu apakah pesan itu telah dipahami.

C.   KOMUNIKASI SEBAGAI PERSEPSI & INFORMASI
ü  Komunikasi sebagai persepsi
Dalam keperawatan sebagaimana disiplin lain, komunikasi adalah persepsi. Suara ditimbulkan oleh syaraf persepsi sehingga orang dapat berhubungan dengan suara tersebut. Aspek bunyi dalam komunikasi adalah suara. Ada suatu komunikasi hanya terjadi apabila penerima mendengarnya. Orang mendengar atau memahami hanya apabila mereka mampu mendengarnya. Sangat penting dalam mengadakan komunikasi selalu dalam pengalaman penerima dan kapasitas persepsinya.
Persepsi kondisi konseptualisasi, seseorang harus dapat memahami dan merasakan. Dalam menulis komunikasi penulis harus harus menyusun konsep mereka terlebih dahulu dan menanyakan apakah penerima dapat menerimanya. Jajaran persepsi adalah fisiologis, karena persepsi adalah suatu produk dari indera. Bagaimana pun keterbatasan persepsi adalah alami dan emosional. Orang yang fanatic tidak dapat menerima komunikasi di luar jajaran emosi mereka.
      Orang yang berbeda jarang melihat suatu kesamaan dalam komunikasi, karena mereka mempunyai dimensi persepsi yang berbeda. Drucker mengatakan bahwa untuk berkomunikasi pengirim harus mengetahui bagaimana penerima itu, mengetahui tentang komunikator sejati, dapat melihat dan mendengar, dan mengetahui juga mengapa demikian.
            Manusia memiliki daya tahan yang selektif karena pengaturan emosi, menerima atau menolak berdasarkan pengalaman yang baik atau yang sangat buruk. Manejer perawat menyampaikan permasalahan, mereka memfokuskan pada kebutuhan pegawai menawarkan bantuan yang diusulkan mereka. Komunikasi adalah factor yang sangat besar dalam evaluasi prestasi.
ü  Informasi
            Walaupun mereka sangat tergantung, komunikasi dan informasi berbeda. Komunikasi adalah persepsi, sedangkan informasi adalah logika. Informasi adalah formal dan tidak ada artinya, tidak mengenai seseorang dan tidak akan berubah oleh emosi, nilai-nilai, harapandan persepsi.
            Computer memungkinkan untuk menangani informasi tanpa makna komunikasi. Informasi adalah spesifik dan ekonomis, didasarkan atas kebutuhan manusia dan untuk suatu proposal. Informs dalam jumlah yang besar melebihi pemenuhan kebutuhan manusia adalah beban yang terlalu berat, mungkin bisa bertukar pengalaman. Informasi akan sampai kepada seseorang yang membutuhkan, dan orang itu harus dapat menerimanya dan bertindak atas informasi itu. Persepsi dan komunikasi adalah adalah dasar untuk informasi. Demi kepentingan manajemen waktu, manajer perawat perlu keterampilan-keterampilan dalam menyeleksi informasi-informasi yang dating dari luar. Keterampilan ini diperlukan agar komunikasi lebih jelas dan persepsi segera.

D.   TUJUAN KOMUNIKASI
Tujuan umum dari kepemimpinan dan manajemen adalah memotivasi system untuk mencapai tujuan. Komunikasi ke dan dengan orang lain adalah “jembatan (media transmisi) dimana seorang manajer dan sumber daya manusia di dalam sistemnya saling berhubungan. Seorang manajer harus mampu berkomunikasi secara efektif untuk dapat memenuhi perannya dengan baik. Lebih jauh lagi, seorang manajer bertanggung jawab untuk membangun dan memelihara “jembatan” meski sumber daya manusianya berperan serta dalam merancang desain dan strukturnya; manajerlah yang menjadi pemimpin dalam membngun “jembatan” ini. Davis (1981) megidentifikasikan persamaan dibawah ini ketika ia membahas tujuan dari komunikasi:
Kemampuan bekerja + Kemauan bekerja = Kerja tim
Sudah terbukti dari teori system umum dari von Bertalanffy (1968, 1975) bahwa kerja tim memiliki kemungkinan yang tinggi untuk membuahkan hasil dengan kualitas yang tinggi, menurunkan biaya dan meningkatkan moral karyawan. Komunikasi adalah jembatan yang penting pada setiap kerja tim.
Persamaan di atas dapat berhubungan dengan teori Hersey dan Blanchard (1977) tentang kematangan pekerjaan dan kematangan psikologis. Didalam teori ini, pimpinan mengharapkan memiliki sumber daya manusia yang berada pada tingkat kematangan “berorientasi kea rah tujuan”, yaitu yang berkemampuan dan berkemauan. Sehingga system tersebut akan menyelesaikan tugasnya karena orang-orangnya mempunyai motivasi instrinsik serta pengetahuan dan pengalaman yang diperlukan. Sebutan kemampuan (ability) dalam teori Hersey dan Blanchard tampaknya setara dengan sebutan keterampilan (skill) yang digunakan oleh Davis (1981). Sumber daya manusia yang belum mampu, harus diberikan informasi-informasi yang perlu untuk membuat mereka menjadi trampil. Sikap kemauan, yang akan mendorong kerja tim, serta motivasi dan kepuasan kerja juga harus dikomunikasikan.
Hewitt (1981) menjabarkan lebih spesifik tentang tujuan dari penggunaan proses komunikasi. Ia mengatakan bahwa tujuan-tujuan komunikasi dibawah ini jarang digunakan  secara sendiri-sendiri.
1.    Untuk mempelajari atau mengajarkan sesuatu,
2.    Untuk mempengaruhi perilaku seseorang,
3.    Untuk mengungkapkan perasaan,
4.    Untuk menjelaskan perilaku sendiri atau perilaku orang lain,
5.    Untuk berhubungan dengan orang lain,
6.    Untuk menyelesaikan sebuah masalah,
7.    Untuk menurunkan ketegangan atau menyelesaikan konflik,
8.    Untuk mencapai sebuah tujuan
9.    Untuk menstimulasi minat pada diri sendiri atau orang lain.

E.   MODEL & JENIS-JENIS KOMUNIKASI

ü  Model Komunikasi
• Komunikasi tertulis : Publikasi perusahaan, Surat-menyurat ke staf, pembayaran, jurnal
• Komunikasi secara langsung : Komunikasi secara verbal dengan atasan, atau bawahan atau dengan pihak lain.
• Komunikasi non-verbal : Komunikasi dengan menggunakan ekspresi wajah, dan sikap tubuh.
• Komunikasi via telepon
(Doc Stoc, Komunikasi dalam Manajemen Keperawatan, 23-12-2009)

ü  Jenis-jenis komunikasi
Ada dua jenis utama dari komunikasi yaitu verbal dan nonverbal. Setiap jenis dapat dipecah labih lanjut menjadi komunikasi satu arah dan dua arah.
Komunikasi

Verbal                                                            non verbal

Satu arah      Dua arah                   Satu arah      Dua arah
Semua hal yang ditulis atau diucapkan termasuk dalam komunikasi verbal. Interaksi verbal antara/di antara pimpinan dan bawahan, rekan sejawat, perawat dan pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya dan sebagainya, membentuk dasar bagi komunikasi verbal. Nota tertulis, pengumuman di papan bulletin dan pemberitahuan rapat, berita-berita disurat kabar, permintaan tertulis, tugas tertulis, dan sejenisnya, juga termasuk komunikasi verbal.
Komunikasi nonverbal adalah bahasa tubuh yang tidak diucapkan dan tidak ditulis tetapi dikomunikasikan dengan kuat melalui gerakan tubuh. Manusia berkomunikasi non verbal melalui gerakan tubuh, posisi tubuh, kontak mata, ekspresi wajah, perubahan jarak, kekerasan dan nada suara, dan sebagainya. Perbedaan antara apa yang dirasakan dan diucapkan oleh pembicara seringkali dikomunikasikan secara nonverbal kepada pendengar. Walaupun komunikasi nonverbal dapat membesarkan, melawan, dan atau memperluas apa yang dikomunikasikan secara verbal, tetapi komunikasi nonverbal juga dapat berdiri sendiri.
Komunikasi satu arah memiliki arti bahwa pesan dikirimkan dari pengirim berita menuju ke penerima berita, tidak ada umpan balik dalam proses ini. Sedangkan komunikasi dua arah menggunakan umpan balik. Johnson (1981) melanjutkan definisi dasar ini dengan menyatakan bahwa komunikasi satu arah terjadi ketika pengirim berita tidak dapat mengerti bagaimana si penerima “menerjemahkan” pesan yang telah dikirim. Komunikasi dua arah terjadi ketika pengirim berita menerima umpan balik atau validasi. Dengan melihat komponen yang terdapat pada sikap pemimpin yang telah didiskusikan di dalam ‘struktur’ terlibat komunikasi satu arah, dan di dalam ‘pertimbangan’ terlibat komunikasi dua arah. Kedua jenis komunikasi ini digunakan dalam interaksi verbal dan nonverbal dalam kepemimpinan dan manajemen.
F.    BAGAIMANA PIMPINAN BERKOMUNIKASI
Pimpinan berkomunikasi dalam beberapa cara berikut:
ü  Menyampaikan,
ü  Menjual,
ü  Berperan serta,
ü  Mendelegasikan, 
ü  Memberikan dan
ü  Menerima umpan balik
Mendengar
Gambar dibawah akan memperlihatkan hubungan antara bagaimana pimpinan berkomunikasi dengan model kepimimpinan “Ohio State” yang telah dibahas. Metode kepemimpinan menyajikan bagaimana pimpinan perperilaku kepada bawahannya,  pimpinan berperilaku dengan berkomunikasi kepada (satu arah) dan dengan (komunikasi dua arah) bawahannya.

Memberi dan menerima umpan balik
 
Struktur tinggi pertimbanga tinggi
MENJUAL
Pertimbangan tinggi struktur rendah
PERAN SERTA

                                                                                   
Memberi dan menerima umpan balik
Memberi dan menerima umpan balik
Memberi dan menerima umpan balik
Mendengar
Mendengar
Mendengar
Struktur tinggi pertimbangan rendah
MENYAMPAIKAN
Pertimbangan rendah struktur lemah
MENDELEGASIKAN
LB1
LB4
LB2
LB3
                                                                                                                            




G.   KEGIATAN PERAWAT YANG MEMERLUKAN KOMUNIKASI
Kegiatan Perawat yang memerlukan komunikasi adalah :

a.    Komunikasi saat timbang terima
Komunikasi yang jelas tentang kebutuhan klien terhadap apa yang sudah dilakukan intervensi dan yang belum, serta respon pasie yang terjadi.
b. Interview/Anamnese
Komunikasi dengan tujuan untuk memperoleh data tentang keadaan klien yang akan dipergunakan dalam mendukung masalah yang dihadapi pasien dan melaksanakan tindakan dengan akurat. Anamnese ini bisa dengan pasien, keuarga, dokter dan tim lainnya.
 Prinsip yang perlu diterapkan oleh perawat dalam komunikasi ini :
Ø
• Hindari komunikasi yang terlalu formal atau tidak tepat.Ciptakan suasan yang hangat dan kekeluargaan
• Hindari Interupsi
• Hindari respon dengan kata hanya ya dan tidak (perawat kurang tertarik degan topik yang dibicarakan)
• Jangan memonopoli pembicaraan
• Hindari hambatan personal (Jika perawat menunjukan rasa tidak senang pada klien, maka hasil yang didapt tidak optimal)
c. Komunikasi melalui computer
Melalui komputer, informasi-informasi terbaru dapat cepat didapatkan dengan menggunakan internet bila perawat mengalami kesulitan dalam menangani masalah klien
d. Komunikasi tentang kerahasiaan
Pasien yang masuk menyerahkan rahasia dan rasa percaya kepada Institusi. Oleh karena itu perawat harus berusaha menjaga dengan baik.
e. Komunikasi melalui sentuhan
Metode ini merupakan metode dalam mendekatkan hubungan antara pasien dan perawat. Sentuhan yang diberikan oleh perawat juga dapat sebagai terapipagi pasien, khusunya pasien dengan depresi, kecemasan dan kebingungan, dalam mengambil suatu keputusan.
f. Dokumentasi sebagai alat komunikasi
Ketrampilan dokumentasi yang efektif memungkinkan perawat untuk mengkomunikasikan kepada tenaga kesehatan lainnya dan menjelaskan apa yang sudah, sedang dan akan dikerjakan oleh perawat.
g. Komunikasi perawat dan tim kesehatan lainnya
Komunikasi yang baik akan meningkatkan hubungan professional antar perawat dan tim kesehatan lainnya : dokter, ahli gizi, fisioterapis, dll.
(Doc Stoc, Komunikasi dalam Manajemen Keperawatan, 23-12-2009)

H.    TEORI ANALISA TRANSAKSIONAL (ANALISA STRUKTURAL)
Analisis transaksional adalah salah satu pendekatan psikoterapi yang menekankan pada hubungan interaksional, dapat digunakan untuk terapi individual, terutama untuk pendekatan kelompok. (Eric Berne, 1960).
Analisis transaksional terdiri dari teori pengorganisasian kepribadian yang diterapkan melalui proses analisis struktural, serta dilengkapi dengan interaksi manusia yang tergambar dalam wacana analisis transaksional. Target yang ingin dicapai adalah adanya tingkat kesadaran yang membuat seseorang mempunyai kemampuan mental untuk membuat keputusan-keputusan baru berkaitan dengan tingkah laku ke depan dan arah yang akan dituju dalam hidupnya.
Konsep teori kepribadian dalam analisis transaksional :
 Status Ego
• Ego Anak
Status ego anak berisi perasaan, tingkah laku dan bagaimana berpikir ketika masih kanak-kanak dan berkembang bersama dengan pengalaman semasa kanak-kanak. Jika individu melakukan, berperasaan, bersikap seperti yang individu lakukan pada waktu masih kecil, maka individu tersebut dalam status ego anak. Setiap individu akan mempunyai pengalaman dan masa kanak-kanak yang berbeda-beda, maka status ego anak untuk setiap individu akan berbeda.
• Ego Dewasa
Jika individu bertigkah laku secara rasional, melakukan testing terhadap realita, maka individu tersebut dikatakan dalam status ego dewasa. Pengalaman-pengalaman belajar yang didapatkan antara individu yang satu dengan yang lain berbeda, mengakibatkan status ego dewasa juga berbeda. Status ego dewasa dapat dilihat dari tingkah laku yang bertanggung jawab, tindakan yang rasional dan mandiri. Sifat dari status ego dewasa adalah obyektif, penuh perhitungan dan menggunakan akal.
• Ego Orang Tua
Jika individu merasa dan bertingkah laku sebagaimana orang tuanya dahulu, maka dapat dikatakan bahwa individu tersebut dikatakan dalam status ego orang tua. Oleh karena setiap individu mempunyai pengalaman pendidikan, sikap, pandangan dan pendapat yang khs dari kedua orang tuanya, maka setiap individu akan berbeda status ego orang tuanya. Status ego orang tua merupakan suatu kumpulan perasaan, sikap, pola-pola tingkah laku yang mirip dengan bagaimana orang tua individu merasa dan bertingkah laku terhadap dirinya.
(Indoskripsi, Transaksional, 23-12-2009)

I.       LIFE POSITION (Posisi Hidup)
Belaian meupakan bagian dari suatu perhatian yang melengkapi stimulasi yang optimal kepada individu. Belaian ini merupakan kebutuhan dalam setiap interaksi sosial dan menyehatkan. Belaian ini tidak hanya dibutuhkan dan terjadi pada anak, akan tetapi juga pada masa dewasa dan belaian yang diterima atau yang diberikan akan menguatkan posisi hidup seseorang.

Ada empat dasar posisi hidup :
1. I’m OK – You’re OK.
Posisi ini merefleksikan bahwa individu mempunyai kepercayaan terhadap diri sendiri dan percaya pada orang lain. Individu tidak takut berhubungan dengan orang lain
.
2. I’m OK – You’re not OK.
Posisi ini merefleksikan bahwa individu membutuhkan orang lain akan tetapi tidak ada yang dianggap cocok, individu merasa superior, merasa mempunyai hak untuk mempergunakan orang lain untuk mencapai tujuan pribadinya.
3. I’m not OK – You’re OK.
Posisi ini merefleksikan bahwa individu merasa tidak terpenuhi kebutuhannya dan merasa bersalah. Posisi ini merupakan posisi yang paling umum yang biasa disebut depresif. Individu merasa bersalah, inferior, depresi, ketidakpercayaan dan rasa takut.
4. I’m not OK – You’re not OK.
Posisi ini merefleksikan bahwa dirinya merasa tidak baik dan orang lain pun juga tidak baik, karena tidak ada sumber belaian yang positif, individu akan menyerah dan merasa tidak berdaya.
(Indoskripsi, Transaksional, 23-12-2009)

J.    PENERAPAN MANAJEMEN BAGI ANALISA TRANSAKSIONAL
Analisa transaksional memiliki implikasi bagi manajemen keperawatan. Karena seorang manajer harus mewujudkan sasaran kerja melalui usaha orang lain. Komunikasi merupakan sarana pelengkap yang dapat berlangsung tak pasti, karena komunikasi bersilang cenderung mematahkan komunikasi dengan cepat, sehingga seorang manajer harus menyesuaikan keadaan egonya untuk saling melengkapi transaksinya dengan supervise.
Manajer sebaiknya sadar bahwa asal semua jawaban anak dan orang tua adalah posisi yang tidak OK yang memulai kehidupan seseorang. Metode tradisional pendidikan keperawatan mempengaruhi jenis masalah transaksional tertentu. Kehausan suatu belaian yang berkepanjangan mendorong permainan, karena pengadaan belaian negative lebih baik dari pada tidak mendapatkan belaian sama sekali.
Seringkali perawat mengalami masalah transaksional dengan para dokter. Karena otoritas yang di berikan pada anggota profesi keperawatan sangatlah rendah sehingga dokter lebih menguasai / berkuasa.
Analisa transaksional merupakan proses yang dimaksudkan untuk memperkuat dan mendorong keadaan ego dewasa untuk menguji coba kenyataan dengan lebih efektif, memperkirakan akibatnya, dan membuat pilihan yang diinformasikan.
(Gillies, Manajemen Keperawatan, 1989, Hal. 245 – 249).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar