Minggu, 01 Mei 2011

METODE PSIKOLOGI BELAJAR DAN MANFAAT PENELITIAN MEMPELAJARI PSIKOLOGI BELAJAR


METODE PSIKOLOGI BELAJAR DAN MANFAAT PENELITIAN MEMPELAJARI PSIKOLOGI BELAJAR


  1. PENDAHULUAN
Dalam lingkup yang lebih khusus, terutama dalam konteks kelas, psikologi belajar atau psikologi pembelajaran banyak memusatkan perhatiannya pada psikologi dan pembelajaran. Fokusnya adalah aspek – aspek psikologis dalam aktivitas pembelajara, sehingga dapat diciptakan suatu proses pembelajaran yang efektif. Upaya tersebut, dapat dilakukan dengan mewujudkan prilaku mengajar yanfg efektif pada guru, dan mewujudkan prilaku belajar pada siswa yang terakait dengan proses embelajaran.
Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa psikologi belajar mempunyai peranan besar dalam proses pembelajaran khususnya bagi kita sebagai calon guru pendidikan agama Islam. Maka, dalam makalah inipun mengangkat  masalah metode penelitian psikologi belajar dan manfaat mempelajari psikologi belajar yang berhubungan langsung dengan pendidikan agama Islam.     

  1. METODE PENELITIAN PSIKOLOGI BELAJAR
Secara singkat dan umum, metode sering dipahami sebagai cara atau jalan yag ditempuh seseorang dalam melakukan suatu kegiatan  berkaitan dengan pikologi belajar, metode tertentu dipakai untuk mengumpulkan berbagai data dan informasi penting yag bersifat psikologis dan berkaita dengan proses pembelajaran.[1]
Riset – riset psikologis berkenaan dengan pembelajaran pendidikan agama Islam, memanfaatkan metode tertentu, seperti :[2] (1) eksperimen, (2) kuesioner, (3) studi kasus, (4) penyelidikan klinis, (5) obsevasi naturalistic.
1.   Metode Eksperimen
Pada porinsipnya, metode eksperimen merupakan serangkaian percobaan yang di lakukan eksperimenter di dalam laboratorium atau ruangan tertentu. Teknik pelakasanaannya dengan menyesuaikan data yang akan diangkat, seperti, data pendengaran siswa, pengelihatab siswa dan gerak mata siswa ketika sedang membaca. Selain itu, eksperimen dapat pula dignakan untuk mengukur kecepatan bereaksi peserta didik terhadap stimulus tertentu dalam proses belajar. Metode eksperimen lebih utama digunakan dalam risetnya, hal ini karena, data dan informasi yng dihimpun lebih bersifat definitive ( pasti ) dan llebih ilmiaH.
Yang perlu diperhatikan oleh  eksperimenter adalah sikap subjektivitas dari subjek yang diteliti. Untuk mengantisipasi munculnya sikap subjektivitas dari subjek yang diteliti, rancangan eksperimen biasanya dibuat sedemikian rupa, sehingga seluruh unsure penelitian termasuk penggunaan laboratorium dan subjek yng akan benar – benar diteliti benar – benar memenuhi syarat penelitian eksperimental.
Dalam metode eksperimen, objek yang akan diteliti di bagi kedalam dua kelompok, yaitu (1) kelompok percobaan ( eksperimental group ), dan (2) kelompok pembanding ( control group ). Kelompok percobaan terdiri atas sejumlah orang yang tingakah lakunya diteliti dengan mendapat perlakuan khusus sesuai dengan data yang akan dihimpun. Kelompok pembanding, juga terdri atas objek dan jumlah katagorinya sama dengan kelompok percobaan, tetapi perilakunya tidak diteliti. Setelah itu data yang berasal dari kelompok percobaan dengan kelompok pembanding. Langkah selanjutnya, adalah melakukan analisis, enafsiran, dan menyimpulkan dengan dibantu dengan statistic tertentu.

2.   Metode Kuesioner
Metode ini, lebih banyak menggunakan sample yang bias dijangkau disamping unit cost setiap responden lebih murah. Contoh data yang yang dapat dikumpulkan atau dihimpun dengan metode ini adalah : (1) karkteristik pribadi siswa seperti jenis kelamin, usia dan lain sebagainya, (2) latar belakang siswa, (3) perhatian, minat, da bakat siswa pada mata pelajaran tertenru, (4) factor factor pendorong dan penghambat siswa dalam mengikuti mata pelajaran tertentu, (5) aplikasi mata pelajaran tertentu dalam kehidupan sehari – hari, (6) pengaruh aplikasi mata pelajaran tertentu dalam kehidupan sehari – hari.
Metode kuesioner, sering disebbut metode surat- menyurat ( mail survey), karena dalam pelaksanan peyebaran dan perngembaliannya sering dikirim ked an dari responden melalui jasa pos atau email. 

3.   Metode Studi Kasus ( Case Study )
Metode Studi Kasus atau Case Study merupakan metode penelitin yang digunakan untuk memperoleh sebuah gambaran terperinci mengenai aspek – aspek psikologis seorag siswa atau sekelompok siswa tertentu.
Fenomena – fenomena dan berbagai peristiwa yang diselidiki dengan metode ini lazimnya terus menerus diikuti perlembangannya selama kurun waktu tertentu. Studi kasus akan memerlukan waktu lebih lama apabila digunakan untukmenyelidiki fenomene genetika  yang dihubungkan dengan prilaku belajar ( perkembangan belajar )

4.   Penyelidikan Klinis ( Clinical Method )
Metode klinis hanya digunakan oleh pra ahlu psikologi klinis atau psikiater. Dalam metode ini, terdapat prosedur diagnosis dan penggolongan penyakit kelainan jiwa serta cara – cara memberi perlakuan pemulihan terhadap kelainan jiwa tersebut.
Dalam pelaksanaan penggunaan metode klinis, peneliti menyediakan benda – benda dan pertanyaan tertentu yang boleh diselesaika oleh anak secara bebas menurut persepsi dan kehendaknya. Selanjutnya, peneliti mengajukan lagi pertanyaan atau tugas tambahan untuk mendukubg data yang dihimpun sebelumnya.
Metode klinis pada umumny hanya diberlakuka untuk meyelidiki anak atau siswa yang mengalami penyimpangan prilaku pikologis .
Sasaran yang kan dicapai oleh peneliti untuk memastikan sebab- sebab timbulnya ketidak normalan prilaku siswa atau kelompok kecil siswa. Selanjutnya peneliti berupaya memilih dan menentukan cara – cara mengatasi prilaku penyimpagan tersebut.
 
5.   Observasi Naturalisik
Metode Observasi Naturalisik merupakan jenis observasi yang dilakukan secara ilmiah. Dalam hal ini peneliti berada di luar objek yang diteliti atau ia tidak menampakkan diri sebagai orang yng melakukan penelitian.
Seorang peneliti atau guru yang menjadi asistennya dapat mengaplikasikan metode ini lewat kegiatan belajar mengajar seperti biasa. Selam proses belajar mengajar, jenis perilaku siswa diteliti, dicatt dalm lembar format observasi yang dirancang khusus sesuai data dan informsi yng dihimpun.

  1. MANFAAT MEMPELAJARI PSIKOLOGI BELAJAR
Bagi seorang guru, yang tugas utamanya adalah mengajar, sangat penting memahami psikologi belajar. kegiatan pembelajaran, termasuk pembelajaran pendidikan agama Islam, sarat dengan muatan psikologis. mengabaikan aspek – aspek psikologis dalam proses pembelajaran akan berakibat kegagalan, sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai. Beberapa peran penting psikologi dalam proses pembelajaran adalah :[3]
1.                     memahami siswa sebagai pelajar, meliputi perkembangannya, tabiat, kemampuan, kecerdasan, motivasi, minat, fisik, pengalaman, kepribadian, dan lain-lain
2.                     memahami prinsip – prinsip dan teori pembelaaran
3.                     memilih memetode – metode pembelajaran dan pengajaran
4.                     meetapkan tujuan pembelajaran dan pengajaran
5.                     menciptaka situasi pembelajaran dan pengajaran yang kondusif
6.                     memilih dan menetapkan isi pengajaran
7.                     membantu peserta didik yang mengalami kesulitan belajar
8.                     memilih alat Bantu pembelajaran dan pengajaran
9.                     menilai hasil pembelajaran dan pengajaran
10.                  memahami dan mengembangkan kepribadian dsan profesi guru
11.                  membimbing perkembangan siswa

Tidak dapat dipungkiri lagi, bahwa antara proses perkembangan dengan proses belajar mengajar memiliki keterkaitan. Sehubungan dengan ini, setiap guru sekolah selayaknya memahami seluruh proses dan perkembangan manusia, khususnya siswa. Pengetahuan mengenai proses dan perkembangan dan segala aspeknya itu sangat bermanfaat, antara lain :[4]
    1. guru dapat memberikan layanan dan bantuan dan bimbingan yang tepat kepada siswa dengan pendekatan yang relefan denga tingakat perkembangannya
    2. guru dapat mengantisipasi kemungkinan – kemungkinan timbulnya kesulitan belajar siswa tertentu
    3. guru dapat memertimbangkan waktu yang tepat dlam memulai aktifitas proses belajar mengajar bidang studi tertentu
    4. guru dapat menemukan dan menetapkan tujuan – tujuan pengajaran sesuai dengan kemampuan psikologisnya

Dari beberapa peranan psikologi belajar di atas, dapat kita khususkan sebagai berikut :
a.    psikologi belajar memiliki peranan penting dalam membantu mempersiapkan guru atau calon guru yang professional
b.    pengetahuan tentang psikologi belajar diharapkan mampu membantu memecahkan permasalahan siswa dalam belajar
c.    pengetahuan tentang psikologi belajar memudahkan penerapan pengetahuan, pendekatan dan komunikasi kepada anak didik
d.    pengetahuan tentang psikologi belajar membantu mencipatakan suasana edukatif dan efektif

  1. KESIMPULAN
Riset – riset psikologis berkenaan dengan pembelajaran pendidikan agama Islam, memanfaatkan metode tertentu, seperti : (1) eksperimen, (2) kuesioner, (3) studi kasus, (4) penyelidikan klinis, (5) obsevasi naturalistic.
Peranan psikologi belajar:
a.    psikologi belajar memiliki peranan penting dalam membantu mempersiapkan guru atau calon guru yang professional
b.    pengetahuan tentang psikologi belajar diharapkan mampu membantu memecahkan permasalahan siswa dalam belajar
c.    pengetahuan tentang psikologi belajar memudahkan penerapan pengetahuan, pendekatan dan komunikasi kepada anak didik
d.    pengetahuan tentang psikologi belajar membantu mencipatakan suasana edukatif dan efektif





  1. DAFTAR PUSTAKA


Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar. Jakarta : LOGOS Wahana Ilmu. 1999
Tohirin. Psikologi PembelajaranPendidikan Agama Islam. Jakarta : PT. Raja Grafindo. 2005




[1] Drs. Tohirin, M.S., M. Pd.Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, ( Jakarta, Rajawali Press,2005 ). Hal.21
[2] Ibid., …hal.22-27
[3] Ibid,….hal.13
[4] Muhibbi Syah,M.Ed., Psikologi Belajay, (Jakarta, LOGOS cahaya Ilmu ), hal.46

Sabtu, 30 April 2011

ABSES PARU


       Abses paru adalah suatu kavitas  dalam jaringan paru yang berisi material purulent berisikan sel radang  akibat proses nekrotik parenkim paru oleh proses terinfeksi  .
       Bila diameter kavitas < 2 cm dan jumlahnya banyak (multiple small abscesses) dinamakan “necrotising pneumonia”. Abses besar atau abses kecil mempunyai manifestasi klinik berbeda namun mempunyai predisposisi yang sama dan prinsip diferensial diagnose sama pula. Abses timbul karena aspirasi benda terinfeksi, penurunan mekanisme pertahanan tubuh atau virulensi kuman yang tinggi. Pada umumnya kasus Abses paru ini berhubungan dengan karies gigi, epilepsi tak terkontrol, kerusakan paru sebelumnya dan penyalahgunaan  alkohol. Pada negara-negara maju jarang dijumpai kecuali penderita dengan gangguan respons imun seperti penyalahgunaan obat, penyakit sistemik atau komplikasi dari paska obstruksi. Pada beberapa studi didapatkan bahwa kuman aerob maupupn anaerob dari koloni oropharing yang sering menjadi penyebab abses paru. (1, 2, 3, 6)
Penelitian pada penderita Abses paru nosokonial ditemukan kuman aerob seperti golongan enterobacteriaceae yang terbanyak. Sedangkan penelitian dengan teknik biopsi perkutan atau aspirasi transtrakeal ditemukan terbanyak adalah kuman anaerob. (4, 6, 7)
       Pada umumnya para klinisi menggunakan kombinasi antibiotik sebagai terapi seperti penisilin, metronidazole dan golongan aminoglikosida pada abses paru. Walaupun masih efektif, terapi kombinasi masih memberikan beberapa permasalahan sebagai berikut : (4)
1.      Waktu perawatan di RS yang lama
2.      Potensi reaksi keracunan obat tinggi
3.      Mendorong terjadinya resistensi antibiotika.
4.      Adanya super infeksi bakteri yang mengakibatkan Nosokonial Pneumoni.
       Terapi ideal harus berdasarkan penemuan kuman penyebabnya secara kultur dan sensitivitas. Pada makalah ini akan dibahas Abses paru mulai patogenesis, terapi dan prognosa sebagai penyegaran teori yang sudah ada.

I.         EPIDEMIOLOGI

1.      Faktor Predisposisi
Ada bebreapa kondisi yang menyebabkan atau mendorong terjadinya abses paru. Janet et al tahun 1995 melakukan penelitian di rumah perawatan intensive RS di Afrika Selatan, didapatkan beberapa faktor predisposisi abses paru seperti berikut : (1, 2, 3, 4, 7)

Tabel 1. Faktor predisposisi Abses paru
No
Faktor Predisposisi
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Alkoholik
Aspirasi benda asing
Karies gigi
TB paru lama
Epilepsi
Penyalahgunaan obat
Penyakit paru obstuktif
SLE
Ca Bronkogenik
Nihil

Tabel di kutip dari Chest/108/4/Okt’95 hal 938.

ASHER DAN BEAUDRY tahun 1992 melaporkan beberapa faktor predisposisi Abses paru yang terjadi pada anak-anak sebagai berikut :

Tabel 2. Faktor predisposisi abses paru pada anak-anak.

1. Condition

Contoh 
Infeksi berat









Immunodeficiency atau immunosuppression disorder









Conditiopn leading to repeated aspiration





Yang lain {miscellcellaneous jarang)

Bronchopneumonia
Meningitis
Osteomyelitis
Septicemia
Infected aczema
Septic arthritis
Abdominal wall abscess
Peritonsillar abscess
Endocarditis

Measles
Burns
Prematurity
Blood dyscrasias
Leukimia
Hepatitis
Dysgammaglobulinemia
Nephrotic syndrome
Chronic granulamatous disease
Steroid therapy
Malnutrition

Seozure disorders
Mental deficiency
Altered consciousness
Dysphagia
Priodonitis, Carries, gingiva desease
Riley-Day syndrome

Cystic fibrosis
Misplaced central nervouse catheter
Alpha-antitrypsin deficicency
Foreign body in respiration tract
Eroded foreign body in the esophagus

Tabel 2 dikutip dari (1)
Tabel 1. Presdeposisi factor dari Abses Paru
No
Presdeposisi factor dari Abses Paru
1
2
3
4
5
6
7
Aspirasi dari oropring
Obstruksi bronkial
Pneumonia
Blood-borne infection
Infark paru yang terinfeksi
Ruda paksa (trauma)
Penyebaran transdiapragmatika

Tabel 2. Diferensial Diagnosis Abses Paru
No
Diferensial Diagnosis Abses Paru
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Cavitas Tumor
Bula atau kista bronkial
Bronkiektasa seculea
Aspersiloma
Wegener’s gramulomatasi
Kista hydaditosa
Pneumekoniosis caplan’s sipidron
Cavitas rheumatoid nodule
Gas fluid level in oesopkagus, Stomach or bowel

Aspirasi dari derah orofaring yang paling sering penyebab terjadinya abses. Freton predesposisi yang menyebabkan aspirasi orofaring seperti tabel III, kadang-kadang satu orang lebih dari satu faktor.

Tabel 3. Presdeposisi Aspirasi Orofaring


Presdeposisi Aspirasi Orofaring
ganguan kesadaran



-          Alkohol
-          drug abuse
-          epilepsi
-          atuastesi
ganguan inervasi otot
-          faring
-          laring
-          oesepagos
Infeksi nasal
-          penyakit sinus
Infeksi oral
-          dental carries
-          ginigival desease
Infeksi farigeal
-          pouch
Infeksi caryugeal
-          tumor
Infeksi ocsepekageal
-          stricture
-          hiatus kernea
obstruksi Bronkus disebabkan oleh tanda umumnya keganasan, atau benda asing
Tabel 3 dikutip dari (1)
2.      Etiologi
Kuman atau bakteri penyebab terjadinya Abses paru bervariasi sesuai dengan peneliti dan teknik penelitian yang digunakan. Finegolal dan fisliman mendapatkan bahwa organisme penyebab abses paru lebih dari 89 % adalah kuman anaerob. Asher dan Beandry mendapatkan bahwa pada anak-anak kuman penyebab abses paru terbanyak adalah stapillococous aureus (1).
Dibawah ini ada 3 tabel kuman penyebab abses dari 3 penelitian yang berbeda.

Tabel 3. Spektrum organisme penyebab Abses paru menurut Asher dan Beaudry
Type of Abscess
Organisms
Primary






Secondary

a.  Staphylococcus aureus

Haemophilus influenzae types B, C, F, and nontypable
Streptococcus viridans, pneumoniae
Alpha-hemolytic streptococci
Neisseria sp.
Mycoplasma pneumoniae

Aerobes
1)        All those listed for primary abscess
Haemophilus aphropilus, parainfluenzae
Streptococcus group B, intermedius
Klebsiella penumoniae
Escherichia coli, freundii
Pseudomonas pyocyanea, aeruginosa, denitrificsns
Aerobacter aeruginosa
Candida
Rhizopus sp.
Aspergillus fumigatus
Nocardia sp
Eikenella corrodens
Serratia marcescens
Anaerobes
2)   Peptostreptococcus constellatus, intermedius, saccharolyticus
3)   Veillonella sp., alkalenscenens
4)   Bacteroides melaninogenicus, oralis, fragilis, corrodens, distasonis, vulgatus, ruminicola, asaccharolyticus
5)   Fusobacterium necrophorum, nucleatum
6)   Bifidobacterium sp.

Tabel 3 dikutip dari (1)

Tabel 4. Spektrum isolasi bakteri Abses paru akut menurut Hammond et al.

No. of Isolates
%
Anaerobs
Provetella sp
Porphyromonas sp
Unspectiated pigmented anaerobs
a)         Bacteroides sp
Fusobacterium sp
Anaerobic cocci
Microaerophilic streptococci
Veilonella sp
Clostridium sp
Nonsporing Gran-positive anaerobes
“Mixed anaerobes”
total
Aerobs
b)        Viridans streptococci
c)         Staphylococcus sp
d)        Corynebacterium sp
Klebsiella sp
Haemophilus sp
Gram-negative cocci
Total

17
7
4
4
4
4
7
1
1
9
1
59

7
5
3
2
1
2
20

22
9
5
5
5
5
9
1
1
11
1
74

9
6
4
3
1
3
26

Tabel 4 dikutip dari (6)
Tabel 5. Organisme dan kondisi yang berhubungan dengan Abses paru menurut Finegold dan Fishmans
(1)      Infectious
Noninfectious and Predisposing Conditions
Bacteria
Anaerobes; Staphylococcus aureus, Enterbacteriaceae, Pseudomanas aeruginosa, streptocicci, Legonella spp, Nocardia asteroides, Burkholdaria pseudomallei
Mycobacteria (often multifocal)
M. tuberculosis, M. avium complex, M. kansasii, other mycobacteria
Fungi
Aspergillus spp, Mucoraceae, Histoplasma capsulatum, Pneumocystis carinii, Coccidioides immitis, Blastocystis hominis
Parasites
Entamoeba histolytical, Paragonimus westermani, Stronglyoides stercoralis (post-obstructive)
Empyema (with air-fluid level)
Septic embolism (endocarditis)
Anatomis
Fluid-filled cysts, bland infraction
Bronchiectasis
Vasculitis
Goodpasture’s syndrome, Wegener’s granulomatosis, periateritis
Obstruction (neoplasm, foreign body)
Pulmonary sequestration
Pulmonary contusion
Carcinoma

Tabel 5 dikutip dari (4)

3.      Insidens
Angka kejadian Abses Paru berdasarkan penelitian Asher et al tahun 1982 adalah 0,7 dari 100.000 penderita yang masuk rumah sakit hampir sama dengan angka yang dimiliki oleh The Children’s Hospital of eastern ontario Kanada sebesar 0,67 tiap 100.000 penderita anak-anak yang MRS. Dengan rasio jenis kelamin laki-laki banding wanita adalah 1,6 : 1 (1, 8).
Angka kematian yang disebabkan oleh Abses paru terjadi penurunan dari    30 – 40 % pada era preantibiotika sampai 15 – 20 % pada era sekarang (7).